Abstract
This study explores the functions and meanings of belis, a traditional dowry or bride price in Manggarai culture, within marriage ceremonies in Mbuit Village, West Manggarai. Employing a descriptive qualitative approach grounded in symbolic interactionism, data were collected through in-depth interviews with cultural informants, supported by observation and literature review, and analyzed using the Miles and Huberman three-step framework. The findings reveal that belis serves as a key cultural element, fostering social integration, promoting harmony, and preserving traditions in Manggarai marriages. Symbolically, belis represents the union of two families (social integration) and signifies an economic exchange. The study also highlights the challenges faced by families, particularly those from lower socio-economic backgrounds, in fulfilling the belis requirements, underscoring its deep cultural significance and the commitment it represents.
References
Abdullah, M. I. (2022). Mahar Emas Dalam Pernikahan Adat Masyarakat Aceh Pidie. Jurnal At-Tahdzib, 10(2), 54–59. https://doi.org/10.61181/at-tahdzib.v10i2.280
Alfida, R., Usman, S., & Ruslan, R. (2016). Penetapan Mahar Bagi Perempuan Di Desa Kampung Paya, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa: Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 1(1), 89–96. https://jim.usk.ac.id/pendidikan-kewarganegaraan/article/view/459
Aminullah, M. N. (2017). Akulturasi Islam dengan Tradisi Perkawinan Masyarakat Bangsawan Sasak (Studi di Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah). PALAPA, 5(1), 109–137. https://doi.org/10.36088/palapa.v5i1.38
Janggur, P. (2010). Butir-Butir Adat Manggrai. Yayasan Siri Bangkok.
Jovani, A. (2020). Nokas: Mahalnya Cinta dalam Balutan Budaya Belis di Tanah Timor, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Inada: Kajian Perempuan Indonesia Di Daerah Tertinggal, Terdepan, Dan Terluar, 3(1), 93–101. http://ejournal.uki.ac.id/index.php/inada/article/view/1930
Juhansar, Pabbajah, M., & Jubba, H. (2021). Relasi Agama dan Budaya dalam Tradisi Dui Menre’ pada Pernikahan Masyarakat Bugis. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 21(2), 15–28. https://doi.org/10.32795/ds.v21i2.2138
Kadir, I., Nonci, N., & Halim, H. (2021). Uang Panai Dalam Budaya Bugis-Makassar. Jurnal Ilmiah Ecosystem, 21(2), 428–434. https://doi.org/10.35965/eco.v21i2.1127
Kamuri, J. P., & Toumeluk, G. M. (2021). Tinjauan Etis-Teologis Terhadap Tradisi Belis Di Pulau Sumba Berdasarkan Konsep Mahar Dalam Alkitab. Societas Dei: Jurnal Agama Dan Masyarakat, 8(1), 7–30. https://doi.org/10.33550/sd.v8i1.191
Lakamau, J., & Wibowo, D. H. (2021). Resiliensi dalam Badai: Belis dan Fenomena Kekerasan dalam Rumah Tangga di Kabupaten Alor. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 12(1), 39–48. https://doi.org/10.23887/jjbk.v12i1.33110
Miles, M. B., & Huberman, M. A. (1999). Analisa Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press.
Mulyana, D. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Ninggrum, U. C. (2016). Belis dalam tradisi perkawinan: Studi tentang pandangan masyarakat Lamaholot di Larantuka Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur [Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim]. In Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Issue August). http://etheses.uin-malang.ac.id/2766/
Nurlia, N., & Nurasiah, N. (2017). Sunrang Tanah Sebagai Mahar Untuk Meningkatkan Identitas Diri Perempuan Dalam Perkawinan Bugis Makassar. Jurnal Dakwah Tabligh, 18(1), 1–16. https://doi.org/10.24252/jdt.v18i1.2861
Nuwa, T. K. (2019). Makna Belis Sebagai Mas Kawin (Studi Kasus Pada Pasangan Suami Istri yang Menikah Dengan Menggunakan Belis dan Tanpa Belis Pada Masyarakat Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur) [Universitas Airlangga]. https://repository.unair.ac.id/87158/
Poloma, M. M. (2010). Teori Sosiologi Kontemporer. Rajawali Persada.
Ritzer, G. (2012). Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Posmodern (1st ed.). Pustaka Pelajar.
Rodliyah, S., Purwasito, A., Sudardi, B., & Abdullah, W. (2016). Belis and the perspective of dignified women in the marital system of East Nusa Tenggara (NTT) people. Journal of Education and Social Sciences, 5(2), 26–32. https://jesoc.com/wp-content/uploads/2016/12/KC5_11.pdf
Soubur, A. (2004). Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Sudjianto, N. (2020, February). Mengenai Budaya Uang Mahar di Pelbagai Indonesia. Haidiva.Com. https://haidiva.com/mengenai-budaya-uang-mahar-di-pelbagai-indonesia/
Suryawati, M. D. (2017). Kontradiksi Tuntutan Mas Kawin “Belis” Ditinjau dari Hukum Adat dan Sosial Ekonomi di Desa Lante, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai Tengah Tahun 2017 [Universitas PGRI Yogyakarta]. http://repository.upy.ac.id/1627/
Susanti, H., Wibowo, A., & Wilujeng, T. T. R. (2016). An Analysis Used in Belis Tradition in Anakalang, Middle Sumba. Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 2(2), 108. https://doi.org/10.21067/jibs.v2i2.1147
Tukan, V. M. A. S., & Sawarjuwono, T. (2020). Study Etnografi pada Proses Penetapan Harga Belis di Rote Ndao. E-Jurnal Akuntansi, 30(9), 2186. https://doi.org/10.24843/EJA.2020.v30.i09.p02
Upe, A. (2010). Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filisofi Positifistik Ke Post positifistik. Rajawali Persada.
Wadu, L. B. (2016). Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Berkelanjutan Bidang Kebudayaan. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, 15(2), 56–73. https://doi.org/10.21009/jimd.v15i2.8814
Wirawan, I. B. (2012). Teori-teori sosial dalam tiga paradigma. Prenada Media.
Zakaria, I. (2017, April). 7 Syarat Seserahan yang Wajib Dipenuhi Sebelum Melamar Gadis Toraja. IDN Times. https://www.idntimes.com/men/attitude/indra/7-syarat-yang-wajib-kamu-penuhi-sebelum-melamar-gadis-toraja
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Copyright (c) 2024 Hairuddin Kudding, Abdul Malik Iskandar, Harifuddin Harifuddin